NAMA : RIZKI
AMELIA SEPTANTI
NIM :
2010210043
PRODI : ILMU
ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK
MATA KULIAH : ADMINISTRASI PERKANTORAN
DOSEN : SUGENG
RUSMIWARI
1.] a. Administrasi
pada hakekatnya adalah
mengerahkan kegiatan-kegiatan kita secara terus-menerus menuju tercapainya
tujuan, dan mengendalikan sumber-sumber daya beserta gerak-gerik
pemanfaatannya sesuai dengan peraturan-peraturan dan rencana kita. Administrasi sebagai ilmu pengetahuan (science) baru
berkembang sejak akhir abad yang lalu (abad XIX), tetapi adminitrasi sebagai
suatu seni (art) atau administrasi dalam praktek, timbul bersamaan dengan
timbulnya peradaban manusia. Sebagai ilmu pengetahuan, administrasi merupakan
suatu fenomena masyarakat yang baru,
karena baru timbul sebagai suatu cabang dari ilmu-ilmu Sosial. Pengembangan di
bidang administrasi dalam rangka
peningkatan kemampuan administratif (administrative capability), bukan saja
diperuntukkan dalam lingkungan 1 pemerintahan saja, tetapi juga bagi
organisasi-organisasi swasta, terutama dalam rangka pelaksanaan pembangunan
nasional. Administrasi sebagai ilmu pengetahuan termasuk kelompok "applied
sciences", karena manfaatnya hanya ada apabila prinsip-prinsip,
rumus-rumus dan dalil-dalilnya diterapkan untuk meningkatkan mutu berbagai
kehidupan bangsa dan negara. Sedangkan administrasi dalam praktek atau sebagai
suatu seni pada jaman modern ini merupakan proses kegiatan yang perlu dikembangkan
secara terus menerus, agar administrasi sebagai suatu sarana untuk mencapai tujuan
benar-benar dapat berperan seperti yang diharapkan. Siagian (1989) mengungkapkan
Administrasi sebagai proses kerja sama bukan merupakan hal yang baru karena ia timbul bersama-sama dengan
timbulnya peradaban manusia. Tegasnya, administrasi sebagai seni merupakan social phenomenon. Perlu dijelaskan bahwa
administrasi sebagai ilmu pengetahuan tidak lepas kaitannya dengan ilmu-ilmu
sosial lainnya.
b. Sumber daya adalah segala apa yang merupakan sumber
kekuatan bagi orang yang melakukan usaha atau daya upaya, yakni terutama:
manusia (personil), uang, dan alat, pesawat, mesin, gedung dan sebagainya.(
Prajudi Admosudirdjo, 1985, H.23).
Sumber Daya yang dapat dioptimalkan adalah sumber daya
manusia. Sumber daya
manusia atau biasa disingkat menjadi SDM potensi yang terkandung
dalam diri manusia
untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang
adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi
yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam
tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari,
SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu
organisasi. Oleh karena itu, dalam bidang kajian psikologi, para praktisi SDM
harus mengambil penjurusan industri dan organisasi.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_manusia,
23januari 2012)
c. Penduduk Indonesia yang
berjumlah besar dapat menjadi modal pembangunan bila memiliki kualitas yang
memadai. Hal ini mengacu pada konsep bahwa manusia merupakan pelaku, pelaksana,
dan penikmat pembangunan. Artinya, dengan kualitas penduduk yang rendah, maka
manusia akan lebih banyak berperan sebagai penikmat dan kurang berperan sebagai
pelaku dan pelaksana pembangunan. Untuk mengembangkan sumber daya manusia,
perlu juga diingat bahwa ada beberapa hambatan yang tentu akan dihadapi. Secara
garis besar hambatan itu ada dua, hambatan dari dalam dan hambatan dari luar.
Akan tetapi menurut perhitungan World Bank, untuk negara berkembang seperti
Indonesia, hambatan dari dalam lebih besar pengaruhnya. Pada tahun 1971 hingga
1990, kenaikan proporsi penduduk yang berpendidikan cukup baik. Namun kita
sadar bahwa angka yang telah dicapai tersebut belum memuaskan. Disamping masih
ada sebagian yang belum mengenyam pendidikan formal, kebanyakan usianya lanjut,
proporsi yang pendidikannya rendah cukup besar (Sunarto, 1992).
Pemecahan
untuk menghadapi tantangan perubahan yang besar tersebut tidak ada cara lain
bagi bangsa Indonesia untuk bersaing dengan negara-negara lain dalam penguasaan
informasi, teknologi, dan pasar internasional. Cara yang sederhana akan tetapi
sukar dan butuh waktu untuk dilakukan adalah mengubah secara mendasar sumber
daya manusia Indonesia dengan mengubah potensi yang rendah menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas tinggi.
Selain itu Simanjuntak
mengemukakan bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu faktor yang
penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan dan pelatihan tidak
saja menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja,
dengan demikian meningkatkan produktivitas kerja.
2.]
a. Fungsi pengendalian
pada pemimpin berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur
aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan
fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan,
pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Menurut Yuki (1998) fungsi kepemimpinan
adalah usaha mempengaruhi dan mengarahkan karyawan untuk bekerja keras,
memiliki semangat tinggi, dan memotivasi tinggi guna mencapai tujuan
organisasi. Hal ini terutama terikat dengan fungsi mengatur hubungan antara
individu `tau kelompok dalam organisasi. Selain itu, fungsi pemimpin dalam
mempengaruhi dan mengarahkan individu atau kelompok bertujuan untuk membantu
organisasi bergerak kearah pencapaian sasaran. Dengan demikian, inti
kepemimpinan bukan pertama-tama terletak pada kedudukannya daiam organisasi,
melainkan bagaimana pemimpin melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin.
b. Hipotesis etika, organisasi dan kepemimpinan dapat
dipadukan dengan baik dalam sistem dan prosedur administasi perkantoran yang
ada. Ketika seorang pemimpin dalam organisasi memiliki etika yang baik dan
benar maka sistem dan prosedur akan berjalan efektif. Penerapan etika dalam sistem dan prosedur,
akan membuat organisasi dan jalannya proses kepemimpinan berjalan efektif.
Administrasi perkantoran secara tidak langsung telah terlibat juga ketika kita
berorganisasi. Sistem dan prosedur pun tidak akan terlepas juga. Oleh karena
itu jika pemaduan etika kepemimpinan dalaam sebuah organisasi dapat berjalan
dengan lancar dan pas sesuai fungsi masing-masing maka sistem dan prosedur
itupun akan berjalan dengan efektif dan efisien.
c. Hambatan untuk menjadikan kantor sebagai rumah
kedua adalah sebagai berikut:
- Kondisi kerja
yang selalu berada di bawah tekanan
- Ketidakjelasan tugas yang diberikan
- Kurangnya perencanaan kerja
- Adanya ancaman di kalangan karyawan
- Teriakan dan makian para konsumen
- Teman kerja yang selalu mengganggu
- Ketidaknyamanan fisik, seperti suara mesin yang ribut, ventilasi yang kurang dsb.
- Ketidakjelasan tugas yang diberikan
- Kurangnya perencanaan kerja
- Adanya ancaman di kalangan karyawan
- Teriakan dan makian para konsumen
- Teman kerja yang selalu mengganggu
- Ketidaknyamanan fisik, seperti suara mesin yang ribut, ventilasi yang kurang dsb.
3. a. Jadi, seseorang yang terlibat didalam suatu
organisasi secara tidak langsung juga termasuk kedalam administrasi
perkantoran. Sebab jika kita memperhatikan berdasarkan pengertian administrasi
menurut The Liang Gie (1980) menyatakan bahwa
administrasi
adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan
oleh sekelompok orang dalam kerja sama mencapai tujuan tertentu. Dari pengertian tersebut dapat kita kerucutkan bahwa administrasi dan organisasi merupakan dua hal yang saling berkaitan dan saling mengalami ketergantungan. Pengambilan keputusan oleh pemimpin dengan berdemensi pada kebijakan public dapat dikatakan sebagai suatu hal yang cukup bermakna namun dalam pelaksanaan teknis cukup membuat otak berputar hingga puluhan kali. Sebab pengambilan keputusan yang biasa dilakukan oleh pemimpin merupakan kewenangan dari pemimpin untuk memutus suatu hal meskipun tanpa ada kompromi terlebih dahulu. Jadi, pada hakekatnya organisasi merupakan lingkup pengaplikasian dari adminstrasi perkantoran yang dilakukan oleh leader maupun follower yang pengambilan keputusan tetap pada leader.
adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan
oleh sekelompok orang dalam kerja sama mencapai tujuan tertentu. Dari pengertian tersebut dapat kita kerucutkan bahwa administrasi dan organisasi merupakan dua hal yang saling berkaitan dan saling mengalami ketergantungan. Pengambilan keputusan oleh pemimpin dengan berdemensi pada kebijakan public dapat dikatakan sebagai suatu hal yang cukup bermakna namun dalam pelaksanaan teknis cukup membuat otak berputar hingga puluhan kali. Sebab pengambilan keputusan yang biasa dilakukan oleh pemimpin merupakan kewenangan dari pemimpin untuk memutus suatu hal meskipun tanpa ada kompromi terlebih dahulu. Jadi, pada hakekatnya organisasi merupakan lingkup pengaplikasian dari adminstrasi perkantoran yang dilakukan oleh leader maupun follower yang pengambilan keputusan tetap pada leader.
b. 1. Pendekatan Sifat. Dalam pendekatan sifat timbul
pemikiran bahwa pemimpin itu dilahirkan, pemimpin bukan dibuat. Pemikiran
semacam itu dinamakan pemikiran “Hereditary” (turun temurun). Pendekatan secara
turun temurun bahwa pemimpin dilahirkan bukan dibuat, pemimpin tidak dapat memperoleh
kemampuan dengan belajar/latihan tetapi dari menerima warisan, sehingga
menjamin kepemimpinan dalam garis turun temurun dilakukan antar anggota
keluarga. Dengan demikian kekuasaan dan kesejahteraan dapat dilangsungkan pada
generasi berikutnya yang termasuk dalam garis keturunan keluarga yang saat itu
berkuasa.
2. Pendekatan Perilaku Pendekatan perilaku adalah
keberhasilan dan kegagalan seorang pemimpin itu dilakukan oleh gaya bersikap
dan bertindak pemimpin yang bersangkutan. Gaya bersikap dan bertindak akan
tampak dari cara memberi perintah, memberi tugas, cara berkomunikasi, cara
membuat keputusan, cara mendorong semangat kerja bawahan, cara menegakkan disiplin,
cara pengawasan dan lain-lain. Bila dalam melakukan tindakan dengan cara lugas,
keras, sepihak yang penting tugas
selesai dengan baik, dan yang bersalah langsung dihukum, gaya kepemimpinan itu
cenderung bergaya otoriter.
3. Pendekatan Kontingensi Dalam pandangan ini dikenal
dengan sebutan “One Best Way” (Satu yang terbaik), artinya untuk mengurus suatu
organisasi dapat dilakukan dengan paralek tunggal untuk segala situasi. Padahal
kenyataannya tiap-tiap organisasi memiliki cirri khusus bahkan organisasi yang
sejenis akan menghadapi masalah berbeda lingkungan yang berbeda, pejabat dengan
watak dan perilaku yang berbeda. Oleh karena itu tidak dapat dipimpin dengan
perilaku tunggal untuk segala situasi. Situasi
yang berbeda harus dihadapi dengan perilaku kepepimpinan yang berbeda.
c. Menurut Allport (seorang ahli
psikologi), kepribadian adalah kesatuan organisasi dinamis dari sisitem
psikofisis yang unik (khas) pada diri individu yang turut menentukan cara
penyesuaian diri terhadaplingkunganya.
Sigmund freud (1856-1939), seorang ahli psikologi berkebangsaan jerman, menyebutkan
bahwa kepribadian (jiwa) dibentuk oleh tiga kekuatan, yaitu id (ech), superego
(uber ich), dan ego (ich). Id (nafsu/keinh\ginan)berisikan dorongan primitif
yang belum dipengaruhi oleh kebudayaan/hasil balajar, seperti dorongan seks,
agresif, amarah, dan hal-hal yang bersifat traumatic. Id berada pada alam
ketidaksadaran yang kemunculanya sukar dikendalikan. Superego
(akal/pikiran sehat) berisikan dorongan-dorongan untuk berbuat baik
sebagai hasil balajar terhadap kebudayaannya. Superego berfungsi sebagai filter
yang tugasnya menyaring dan mengawasi dodongan-dorongan yang berasal dari id.Ego
(perilaku) adalah system energi yang langsung berhubungan dengan dunia
luar. Apabila ego lemah sehingga
dikuasai oleh id, maka individu akan mengalami psikopati (dikuasai oleh dorongan primitif, sehingga
suka melanggar norma). Sebaliknya, bilaegodikuasai oleh superego, maka individu
itu akan mengalami neurosis (tidak dapatmenyalurkan dorongan primitifnya,
sehingga hidupnya merasa tertekan). Begitu pula ketika seorang pemimpin sedang
dalam situasi pengambilan keputusan, maka standar yang harus diberikan yaitu
sesuai dengan siatuasi yang terjadi ketika itu. Pemimpin pun ketika dia harus
,mengambil keputusan dan orientasinya hanya pada tugas dan fungsinya, itu tidak
dapat disalahkan, sebab dengan begitu maka dapat disimpulkan bahwa pemimpim
tersebut sadar akan tugas dan fungsinya.
4. a. Pelayanan publik atau pelayanan umum
dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk
barang publik maupun jasa
publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di
lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah. Dalam merumuskan, menyusun dan
menetapkan kebijakan senantiasa didasarkan pada pendekatan prosedur dan
keluaran (out put), serta dalam prosesnya menyandarkan atau berlindung
pada peraturan perundang-undangan atau mendasarkan pada pendekatan legalitas. Pengertiannya,
dalam proses merumuskan, menyusun dan menetapkan kebijakan, kurang optimal
melibatkan stakeholder (pemangku kepentingan di lingkungan birokrasi,
maupun masyarakat). Penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
publik menurut paradigma good governance, dalam prosesnya tidak hanya dilakukan
oleh pemerintah. Paradigma good governance, mengedepankan proses dan
prosedur, dimana dalam proses persiapan, perencanaan, perumusan dan penyusunan
suatu kebijakan senantiasa mengedepankan kebersamaan dan dilakukan dengan
melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Tugas anggota dalam suatu organisasi
baik itu follower ataupun leader adalah memberikan pelayanan yang baik pada
publik agar tercipta suatu keharmonisan dalam berorganisasi dan bila dalam
ruang lingkup yang besar maka dapat mencapai suatu pemerintahan yang baik.
b. Bila berdasarkan pada konsep diatas,
pengembangan karir dapat dilakukan dan dapat berjalan dengan efektif. Sebab
jika kita perhatikan lagi terkait konsep tersebut ” tugas anggota organisasi
mulai dari Top............Good Governance”, kita dapat mengambil suatu simpulan
bahwa anggota organisasi (Follower&Top Leader) menyadari akan posisi, peran
dan fungsinya. Oleh karena itu, suatu pelayanan prima atau pelayanan yang
sebaik-baiknya dapat dilakukan dengan efketif dan sesuai dengan tujuan utama.
Dan puncak dari keberhasilan pelayanan prima tersebut yaitu good organization
dan good governance. Jadi, pada intinya konsep diatas cukup bagus.
c. -